Dorong Pengusaha Lebih Tangguh, Reiner Siapkan Strategi Bertahan Di Era Survival Economy

0
3
Spread the love

Jakarta, Nusantaranetwork.com-Badai PHK semakin menghantui pekerja, setelah Sritex, beberapa perusahaan kini berencana melakukan PHK. Merujuk pada data BPS, ada 7.465.599 pengangguran di Indonesia per Agustus 2024. Sejumlah 11,28% di antaranya atau 842.378 orang merupakan ‘sarjana pengangguran’ yaitu lulusan D4, S1, S2, dan S3. Persentase ‘sarjana pengangguran’ pada 2024 meningkat dua kali lipat dari satu dekade yang lalu.

Tentunya, dalam situasi yang tidak baik-baik saja ini, atau yang disebut Reiner Bonafisius Rahardja, pengusaha yang malang melintang di usaha agribisnis perikanan, periklanan, token, hingga fokus dalam training inkubasi usaha-kecil menengah untuk me-lavarage pengembangan usaha-usaha kecil menengah-sebagai era survival economy sedang berlangsung.

Dalam situasi seperti ini, Reiner mengatakan pengusaha perlu meningkatkan kemampuan atau skill bertahan dalam gelombang ketidakpastian.

“Banyak pengusaha yang survival rate-nya rendah, tidak jarang dari mereka tumbang karena tidak paham cara untuk bertahan yang baik dan benar di era survival economy,” katanya kepada media 08 Mei 2025 di Jakarta.

Karena situasi seperti ini, menuntut kita untuk bisa bertahan lebih lama, lebih tangguh, dan lebih berdaya. Tak salah ia memberikan tips bahwa di era survival economy ini, mungkin saja bukan kita yang paling pintar dalam industri.

“Tetapi yang paling bertahan, akan jadi pemenangnya, bukan yang paling cepat dan pintar, itulah mengapa para pengusaha dituntut untuk kembali belajar tentang ilmu bertahan dalam era survival ini, bisa jadi saat kita bertahan, yang lain berguguran, dan saat era survival selesai, saat dimana konsumen butuh produk Anda, maka konsumen akan langsung menggunakan produk anda karena yang lain sudah berguguran,” katanya.

Pengusaha Diminta Naikkan Survival Rate di Era Era Survival Economy

Ke depan, dirinya akan terus fokus melakukan edukasi dan membuka mata para pengusaha UMKM atau mereka yang ingin tetap bisa bertahan bisnisnya dalam era survival economy.

52

SHARES

Jakarta, Mynewsindonesia.com-Badai PHK semakin menghantui pekerja, setelah Sritex, beberapa perusahaan kini berencana melakukan PHK. Merujuk pada data BPS, ada 7.465.599 pengangguran di Indonesia per Agustus 2024. Sejumlah 11,28% di antaranya atau 842.378 orang merupakan ‘sarjana pengangguran’ yaitu lulusan D4, S1, S2, dan S3. Persentase ‘sarjana pengangguran’ pada 2024 meningkat dua kali lipat dari satu dekade yang lalu.

Tentunya, dalam situasi yang tidak baik-baik saja ini, atau yang disebut Reiner Bonafisius Rahardja, pengusaha yang malang melintang di usaha agribisnis perikanan, periklanan, token, hingga fokus dalam training inkubasi usaha-kecil menengah untuk me-lavarage pengembangan usaha-usaha kecil menengah-sebagai era survival economy sedang berlangsung.

Dalam situasi seperti ini, Reiner mengatakan pengusaha perlu meningkatkan kemampuan atau skill bertahan dalam gelombang ketidakpastian.

“Banyak pengusaha yang survival rate-nya rendah, tidak jarang dari mereka tumbang karena tidak paham cara untuk bertahan yang baik dan benar di era survival economy,” katanya kepada media 08 Mei 2025 di Jakarta.

Karena situasi seperti ini, menuntut kita untuk bisa bertahan lebih lama, lebih tangguh, dan lebih berdaya. Tak salah ia memberikan tips bahwa di era survival economy ini, mungkin saja bukan kita yang paling pintar dalam industri.

“Tetapi yang paling bertahan, akan jadi pemenangnya, bukan yang paling cepat dan pintar, itulah mengapa para pengusaha dituntut untuk kembali belajar tentang ilmu bertahan dalam era survival ini, bisa jadi saat kita bertahan, yang lain berguguran, dan saat era survival selesai, saat dimana konsumen butuh produk Anda, maka konsumen akan langsung menggunakan produk anda karena yang lain sudah berguguran,” katanya.

Ia menyatakan hal demikian bukan karena dirinya lebih pintar. “Tetapi saya lebih advanced membaca situasi ini, sebab itu fokus saya saat ini adalah menaikkan survival rate para pengusaha,” katanya.

Ia menambahkan, pilihan lainnya bagi pengusaha saat ini adalah memperbesar omset usahanya.

“Cuan tipis tidak masalah, tetapi jika omsetnya besar, mengutak-atik 1-2 persen akan lebih mudah, dengan startegi apapun akan bisa kita lakukan, jika omset kecil maka cuannya juga kecil, tidak leluasa untuk bergerak,” ujarnya memberi advice para pengusaha UMKM yang mengikuti reel Instagramnya dengan jumlah peserta bisa mencapai seribu ke atas setiap postingan.

Jika market dan omsetnya kecil, maka gain-nya juga kecil. Menaikkan omset dalam situasi yang sulit ini memang butuh kejelian dan kemampuan melihat peluang dan cara yang tepat menjual produk walaupun profit kecil. “Dengan omset yang besar, kita akan semakin paham bagaimana bemain di lapangan dengan cara dan strategi yang beragam pastinya, jangan terlalu greedy dalam situasi seperti ini, dan tidak ada orang yang tiba-tiba kaya dan bisnisnya berkembang cepat dalam era survival economy ini, semuanya serba terbatas dan yang kita dapatkan hari ini untuk bertahan saja sudah bagus itu,” katanya.

Ke depan, dirinya akan terus fokus melakukan edukasi dan membuka mata para pengusaha UMKM atau mereka yang ingin tetap bisa bertahan bisnisnya dalam era survival economy.

“Ketika saya tanya apa caranya dan bagaimana langkah-langkah untuk bertahan di era survival ini, banyak yang hopeless dan tidak bisa menjawab dengan tepat langka-langkah strategisnya agar usaha atau bisnisnya bertahan, itulah alasa terbesar saya mendedikasikan kemampuan untuk sharing kepada para pelaku usaha dan bisnis agar survival rate-nya tinggi dan tidak berguguran dalam era survival economy ini,” katanya.

Leave a reply