KOMPASS Dorong Media Komunitas, Mahasiswa Papua Dilatih Menulis Kritis

Bandar Lampung, Nusantaranetwork.com-Komunitas Mahasiswa Papua Se-Sumatra (KOMPASS) baru saja menggelar pelatihan jurnalistik daring pada Jumat, 23 Mei 2025. Kegiatan ini jadi wadah belajar menulis dan memahami jurnalisme kritis bagi 17 peserta dari 11 perguruan tinggi negeri (PTN) yang tergabung dalam KOMPASS di wilayah Sumatra.
Dengan tema “Jurnalisme yang Kritis dan Berpihak Untuk Masyarakat Adat”, pelatihan ini menghadirkan jurnalis independen Setiaji Bintang Pamungkas. Ia membagikan pengalaman menulis berita yang kuat, adil, dan berdampak sosial.
“Jurnalisme itu soal keberanian dan keberpihakan. Kita harus berani menyuarakan yang tak bersuara,” ujar Setiaji, yang dikenal aktif menulis isu-isu minoritas dan masyarakat adat.
Pelatihan berlangsung interaktif. Mahasiswa dari HIMAPA, IKMAPAL, HIMAPAL, dan IPMAPA aktif berdiskusi tentang isu-isu lapangan, seperti konflik agraria, eksploitasi sumber daya alam, akses pendidikan, dan pelanggaran hak masyarakat adat. Mereka juga diajak praktik langsung menulis berita digital dengan standar dan gaya media modern yang akurat dan menarik.
Anderian Kamo dari Kominfo KOMPASS menyebut pelatihan ini sebagai upaya membekali mahasiswa Papua agar menjadi produsen informasi yang kritis dan mandiri, bukan hanya konsumen atau objek pemberitaan.
“Kami ingin mahasiswa Papua bisa menulis sendiri tentang komunitasnya, dari sudut pandang mereka sendiri,” tegasnya.
Tujuan kegiatan ini meliputi tiga hal utama: memperkuat pemahaman tentang jurnalisme kritis dan independen, melatih kemampuan menulis berbagai jenis karya jurnalistik seperti berita, opini, dan feature, serta membangun jaringan jurnalis muda Papua yang tersebar di seluruh Sumatra.
Harapannya, dari pelatihan ini akan lahir media alternatif yang dikendalikan sendiri oleh mahasiswa Papua—media yang tidak hanya informatif, tetapi juga berpihak dan mampu menghadirkan suara-suara dari pinggiran yang kerap diabaikan media arus utama.
Diskusi dalam pelatihan sangat hidup. Ada peserta yang bertanya tentang cara menghadapi tekanan saat meliput isu sensitif. Ada pula yang penasaran bagaimana menulis berita dari kejadian yang tidak terjadi di kota tempat tinggalnya. Semua pertanyaan dijawab dengan contoh konkret dan tips praktis dari Setiaji.
Pelatihan ini ditutup dengan ajakan penuh semangat.
“Jurnalis itu lentera. Dalam gelapnya bias media, kita harus jadi cahaya. Mulailah menulis. Temukan mentormu. Suarakan kebenaran,” pesan Setiaji.
Dengan semangat “Sadar, Bangkit, Bersatu, dan Lawan”, pelatihan ini jadi langkah awal membangun kekuatan informasi dari, oleh, dan untuk mahasiswa Papua di Sumatra.